Pengembang Software Indonesia Dinilai Kurang 'Dewasa'
Jakarta - Perkembangan piranti lunak lokal semakin menggembirakan. Tapi di sisi lain, dalam hal kedewasaan sebagai bisnis piranti lunak, Indonesia masih kurang.Hal itu yang jadi perhatian juri Indonesia ICT Award 2007 (Inaicta 2007), Thomas Rizal Trika. "Indonesia itu sangat kreatif sebenarnya, tapi nggak disiplin," tutur Thomas di sela-sela Pre-Conference Inaicta 2007 di Jakarta Convention Center, Rabu (21/11/2007).
Kedewasaan produsen piranti lunak Indonesia dalam hal bisnis pun dinilai masih rendah. Thomas mengatakan, dalam standar Capability Maturity Model (CMM) tingkat tertinggi yang dicapai perusahaan asal Indonesia adalah tingkat 3 (Defined).
CMM merupakan standar yang terkait pengembangan piranti lunak dengan melihat teladan (best practises) yang cocok untuk proyek skala besar yang melibatkan banyak orang. Terdapat lima tingkat CMM, yaitu Level 1 (Initial), Level 2 (Repeatable/Managed), Level 3 (Defined), Level 4 (Quantitatively Managed) dan Level 5 (Optimizing).
Thomas membandingkan Indonesia dengan India yang memiliki rata-rata CMM lebih baik. Di India, ujar Thomas, pengembang independen (Independent Software Vendor / ISV) skala kecil sudah banyak yang mencapai level 5.
Pria yang pernah menjadi juri di Asia Pacific ICT Award ini mengatakan kebanyakan ISV di India mengembangkan dulu produknya baru dijual. "Kalau di Indonesia, cari proyek dulu baru jualan. Tapi memang itu nggak bisa disalahkan, karena membuat software itu tidak murah," Thomas menambahkan.
sumber : http://detikinet.com
0 komentar:
Posting Komentar